Kamis, April 05, 2012

Kisah Nyawa dan Perasaan.


Pertanyaan menghujani kehidupan, ketika manusia dilahirkan , lalu memiliki nyawa. Ruh yang ditiupkan pada setiap raga, yang lalu berdetak jantung dan disebut bernyawa. Tak berselang lama setelah kita bernyawa, kita tersadar bahwa ada sesuatu yang disebut perasaan. Antara nyawa dan perasaan, keduanya transparan, lalu siapa yang timbul lebih dulu? Ketika perasaan pun bisa membuktikan, ternyata Ia ada lebih dahulu daripada nyawa, ketika sebelum pindah ke suatu raga, perasaan yang meyakinkan nyawa untuk hinggap disebuah makhluk beku, lalu hidup.
Hari berlalu memakan waktu, nyawa yang kini kian rentan terhadap kehidupan, sering bertanya akan keberadaan nya. Ia tak tau kapan Ia berakhir, Nyawa tak tau kapan Ia harus berhenti bekerja, dan Nyawa pun tak tahu, akankah akhirnya bahagia, yang Ia tahu hanyalah menjalani, karena ketidak pastian. Nyawa pernah dibisikan janji, janji indah yang hanya akan Ia temui ketika bertemu sebuah akhir, dan ya, akan ada sebuah akhir kehidupan. Terlintas sejenak, nyawa mengakhiri perjuangan nya, agar segera bertemu janji Indah yang pernah dibisikkan, namun masih misteri, lagi2 ketidak pastian. Mengakhiri kehidupan dengan berhenti berjuang, ternyata sama saja menjerumuskan diri kedalam akhir yang gelap gulita, dikelilingi api panas, dan sudah pasti keburukan.  Mudah sekali mengatakan untuk mengakhiri, namun tidak mudah pada konsekuensi nya. Nyawa anugerah ini, selamanya harus berjuang, tak kenal lelah, bertemu heningnya malam dan teriknya siang, dinginnya hujan dan dasyat nya badai. Perasaan, menemani ketidak pastian nyawa. Mereka saling memperhatikan, lalu menganggap dirinya yang menang, lalu terjatuh bersama dan membangun kembali, lalu tersenyum dan meneteskan air mata, lalu menyalahkan satu sama lain, gempar, perang, dan lalu tersadar.
Ternyata Perasaan mengalami hal yang sama. Ia merasakan bahagia sesaat, sakit berkepanjangan, lalu sembuh kembali dan tersakiti lagi, tertipu janji , lalu bangun seakan akan dirinya yang paling kuat menghadapi masalah. Terlintas pula pada perasaan, keinginan untuk berhenti memperjuangangkan rasa yang diinginkan, karena ketidak pastian. Berhenti berjuang, berarti kalah dari peperangan, sebelum ia bertemu dengan akhir. Sama halnya seperti Nyawa, tetap dilanjutkan sekarang berarti Ia memiliki harapan dan tujuan, mengakhiri sekarang berarti mendustai bisikan janji di awal kehidupannya.
Dan akhirnya, Nyawa dan Perasaan mengerti, bahwa mereka akan terus hidup dan berjuang, sampai bertemu akhir yang ditentukan, yaitu kata mati.




1 komentar:

  1. pass by here, hehehe such a cute blog dera,, so happy visiting you... mind visiting me back :)


    ianafifah.blogspot.com

    BalasHapus